Pages - Menu

Selasa, 20 November 2012

Biografi seorang fotografer ternama Indonesia, Darwis Triadi ╭(′▽`)╯



Andreas Darwis Triadi 
Apa ada di benak kalian waktu denger nama Darwis Triadi? Fotografi? Yup , di Indonesia, pemilik nama lengkap Andreas Darwis Triadi tersebut emang identik banget sama urusan “motret”.Tapi, tau nggak sih kalo sebenarnya om Darwis nggaksekalipun pernah mengenyam pendidikan formal di bidang yang digelutinya selama puluhan tahun? Berikut petikan kisah hidup pria kelahiran Solo, 15 Oktober 1954 tersebut di bidang fotografi. Awalnya om Darwis muda adalah seorang pilot. Beliau sempat menuntut ilmu di sebuah sekolah tinggi penerbangan di daerah Curug, Tangerang sekitar tahun 1975. Tapi , belakangan om Darwis ngerasa nggak cocok sama profesinya sebagai penerbang. Tahun 1979, akhirnya om Darwis  mengambil sebuah keputusan  berani, banting stir ke dunia fotografi.Padahal, pengetahuan om Darwis di bidang fotografi waktu itu nggak bisa dikatakan memadai.Apalagi latar belakang pendidikan formal pria yang kini berusia 57 tahun tersebut pun nggak bersangkut paut sama bidang fotografi. Waktu ditanya gimana beliau dulu menekuni bidang barunya, om Darwis menjawab,” Karena waktu itu orang masih belum tahu mau belajar (fotografi) kemana, jadi saya belajar sendiri.” Menuntut ilmu secara otodidak beliau lakukan dengan banyak membaca buku dan aktif melakukan praktik di lapangan.
     Mengapa memilih berkarier di bidang fotografi? Om Darwis sendiri nggak punya jawaban pasti. Yang jelas, berpuluh tahun yang lalu itu om Darwis cuman mikirin keahlian yang kira-kira bisa jadi sumber kehidupannya kelak di masa depan, tanpa perlu kembali ke bangku perkuliahan. “Saya enggak tahu tiba-tiba kepikiran foto. Akhirnya terus saya jalanin foto,” ungkap om Darwis. Menurutnya, bidang fotografi di Indonesia pada waktu itu belum terlalu diperhitungkan orang. “Tapi saya berpikir fotografi itu enggak seperti ini nantinya. Makanya saya harus belajar benar,” tambahnya.
     Selama kurang lebih empat tahun, om Darwis mencoba menekuni fotografi secara mandiri. Sekitar tahun 1983, beliau mulai mencari beragam informasi dan mengikuti kursus fotografi di sejumlah negara seperti Jerman dan Swiss.  Untungnya om Darwis bukanlah tipe orang yang pelit untuk berbagi ilmu. Seiring dengan pengalaman dan pengetahuannya yang semakin bertambah, sejak tahun 1985 om Darwis mulai giat menjadi pembicara dalam berbagi seminar dan pelatihan terkait kegiatan “menembakkan” kamera. Dari situ, keinginan untuk membuat sebuah lembaga pendidikan fotografi timbul. Om Darwis mengungkapkan,” Pernah waktu itu saya berjanji, kalau saya jadi fotografer beneran, saya mau bikin sekolah fotografi yang nonformal, tapi profesional.” Apa yang mendasari lahirnya janji tersebut? “Mungkin karena dasarnya saya senang ngajar ya,” jawab om Darwis.

Foto portrait


foto potret atau foto wajah seringkali adalah foto yang paling sering kita hasilkan. Kalau anda memiliki keluarga, saya yakin merekalah obyek foto yang paling sering ada dan mudah tersedia. Begitu juga kalau anda memiliki pacar, sahabat dll. Dalam artikel ini akan kita bahas 20 tips foto portrait. Silahkan:Silahkan:
1. Fotolah mereka di tempat yang membuat mereka nyaman.
Pernah mencoba memotret kakek anda di studio foto? canggung bukan. Sekali waktu cobalah foto mereka di lingkungan kerja mereka, misal di rumah saat membaca koran, dikantor saat bekerja. Foto portrait anak-anak adalah contoh termudah: saat mereka sedang bermain dengan mainan favoritnya, saat mata mereka terlihat ceria, potretlah.
2. Fotolah Anak-anak dari ketinggian yang sama dengan mata mereka.
Jongkoklah dan buat lensa sejajar dengan mata mereka, baru ambil foto mereka. Baca juga tips memotret anak-anak.
3. Maksimalkan pencahayaan dari jendela.
Tidak masalah jika kita tidak memiliki flash eksternal atau lighting yang canggih, jutsru kita bisa memaksimalkan pencahayaan alami, gunakan cahaya yang melewati jendela anda. Posisikan obyek foto disamping jendela sehingga cahaya dari jendela menerpa wajah darri arah samping, bukan tegak lurus ke wajah.
4. Hindari penggunaan on-camera flash.
On camera flash adalah flash bawaan yang menempel dikamera anda. Karena cahaya yang keluar dari flash ini arahnya tegak lurus dengan wajah maka pencahayaan akan bersifat keras dan datar yang bukannya memperindah wajah obyek foto justru membuatnya terlihat keras.
5. Overexpose foto dengan sengaja.
Dengan sengaja menaikkan eksposure kamera untuk memotret wajah membuat wajah terlihat lebih putih, bersih dan terkesan modern. Kalau anda amati foto-foto wajah di majalah cenderung memakai teknik ini. Teknik overexpose sengaha ini juga sering disebut high key.

Senin, 19 November 2012

Kamera Ponsel Canggih Bisa Tembus Dinding dan Baju


Apa yang akan kamu lakukan jika kamera ponsel kamu bisa melihat apa yang ada di balik dinding, palasti, bahakan yang ada di dalam baju pastinya seru banget bukan. Kini para ilmuan telah mengembangkan sebuah kamera ponsel yang dapat melihat ‘menembus’ dinding, kayu dan plastik dan bahkan kain, seperti baju.  Ponsel kmu bisa sebagai ‘kacamata sinar-x’ yang dapat melihat apa aja .
Sebuah cips cangih telah di kembangkan para ilmuan cips ini akan di tanamkan di dalam kamera ponsel sehinga kamera ponsel bisa mengetahui apa yang ada di balik dinding bahkan bisa melihat apa yang ada di balik pakaiyan, natinya pengunan cips ini dapat membatu para petugas keaman untuk mendeteksi uang palsu dan melihat barang apa aja yang di bawa di dalam baju dan tas.

Berbagai macam settingan di kamera DSLR


Berbagai macam settingan di kamera DSLR
17 Mei 2012 by bprabawabr
Ada berbagai macam pilihan settingan yang ada di kamera kita. Paling dasar, tentu saja ada segitiga exposure. Hal tersebut dibahas di artikel sendiri, karena amat mendasar :) Selain itu, ada juga…..

Metering Modes
Kamera kita pintar, lho! Walaupun tidak pintar-pintar amat.. Kamera kita mampu melihat hal yang sedang kita bidik, menghitung jumlah/ukuran daerah gelap dan terang, lalu memperhitungkan segitiga exposure yang kira-kira pas. Perhitungan ini dilakukan dengan mencatat perbandingan jumlah/ukuran daerah yang gelap/terang, lalu membandingkan dengan database kombinasi perbandingan gelap/terang dan exposure yang bersesuaian.
Nah, metering mode ini digunakan untuk menentukan bagian mana dari frame yang diperhitungkan. Istilah yang digunakan berbeda-beda, saya tuliskan dengan istilah yang saya kenal. Istilah di kamera Anda mungkin berbeda, tapi prinsipnya sama :)

Matrix/multi-segment/evaluative
Di mode ini, seluruh frame akan diperhitungkan. Mode ini berguna jika kita ingin memastikan bahwa tidak ada highlight yang overexposed, atau shadow yang underexposed, di seluruh frame. Dengan kata lain: jika kita ingin exposure yang tepat di seluruh frame. Berguna jika seluruh isi frame foto penting, misalnya di foto landscape.

Center-weighted
Di mode ini, bagian tengah frame diberi tingkat kepentingan yang lebih tinggi dibanding bagian pinggir. Mode ini digunakan untuk memastikan bahwa objek di tengah frame mempunyai exposure yang tepat, dan kita rela mengorbankan sedikit over/under exposure di pinggiran frame.

DASAR-DASAR KAMERA DLSR

Kamera DSLR saat ini sudah begitu populer di kalangan penggemar fotografi berkat kualitas hasil fotonya serta kecepatan kinerjanya. Berbagai merk dan tipe kamera dijual di pasaran dengan harga dan jenis yang berbeda-beda. Pada saat kita hendak membeli kamera DSLR tentu perlu terlebih dahulu mengenali jenis kamera tersebut dan disesuaikan dengan kebutuhan fotografi kita. Artikel kali ini akan memberi gambaran tentang kamera DSLR secara umum dan penggolongan berdasarkan kelas dan formatnya.
DSLR atau Digital Single Lens Reflex adalah kamera digital dengan format yang mengadopsi kamera SLR film yaitu memiliki lensa yang bisa dilepas, memiliki cermin mekanik dan penta prisma untuk mengarahkan sinar yang melewati lensa menuju ke jendela bidik. Saat tombol rana ditekan, cermin akan terangkat dan shutter terbuka sehingga menyebabkan sinar yang memasuki lensa akan diteruskan mengenai sensor. Proses eksposur diakhiri dengan menutupnya shutter dan cermin kembali diturunkan. Total waktu yang diperlukan dari shutter membuka hingga menutup lagi dinamakan shutter speed dan bisa diatur secara manual atau otomatis.
Perbedaan antara kamera SLR di era film dengan kamera digital SLR (DSLR) adalah pada media rekam gambar peka cahaya yang digunakan, dimana pada SLR digunakan film 35mm dan pada kamera DSLR digunakanlah sensor peka cahaya berjenis CCD atau CMOS. Karena sudah menggunakan sensor, maka DSLR layaknya kamera digital pada umumnya, memiliki rangkaian elektronik dan memiliki layar LCD untuk menampilkan gambar. Namun secara prinsip kerja, kamera DSLR masih memiliki modul yag serupa dengan kamera SLR film seperti modul auto fokus dan modul light meter untuk pengukuran cahaya.
Setiap merk kamera DSLR masing-masing mendesain sendiri mount untuk memasang lensanya. Kebanyakan mount ini tidak saling kompatibel, meski ada juga kamera yang berbagi desain mount lensa (seperti Nikon dan Fuji). Canon memiliki desain EF-mount untuk kamera DSLRnya, sedang Nikon memakai F mount yang tetap dipertahankan sejak 50 tahun yang lalu. Sebuah kamera DSLR masih bisa dipasang lensa lama asalkan mount-nya sama, meski bisa jadi ada fitur pada lensa modern yang tidak kompatibel. Lensa DSLR modern sendiri kini sudah dilengkapi dengan fitur stabilizer, motor ultra sonic untuk auto fokus hingga CPU untuk bertukar informasi dengan kamera.
Seputar sensor DSLR
Kamera DSLR memiliki keunggulan dalam hal ukuran sensornya yang jauh lebih besar dibanding kamera digital biasa. Hal ini kamera ukuran sensor dibuat menyamai ukuran film analog 35mm atau yang dikenal dengan sebutan full frame (36 x 24mm). Sensor yang besar artinya setiap pikselnya memiliki ukuran yang lebih besar, sehingga kemampuan dalam menangkap cahaya lebih baik. Maka itu kamera DSLR memiliki kemampuan ISO tinggi yang baik dimana pada ISO tinggi pun noisenya masih terjaga dengan baik. Namun dengan sensor yang berukuran besar, biaya produksi kamera DSLR menjadi tinggi khususnya DSLR full frame. Selain memakai sensor berukuran 35mm, kamera DSLR juga tersedia dengan sensor yang berukuran lebih kecil. Tujuannya adalah untuk menekan biaya produksi dan membuka kesempatan memproduksi lensa khusus yang bisa dibuat lebih kecil dan dengan biaya yang lebih murah.
Sensor yang lebih kecil dari sensor full frame biasa disebut dengan crop-sensor, karena gambar yang dihasilkan tidak lagi memiliki bidang gambar yang sama dengan fokal lensa yangdigunakan. Hal ini biasa disebut dengan crop factor, dinyatakan dengan focal length multiplier, suatu faktor pengali yang akan membuat fokal lensa yang digunakan akan terkoreksi sesuai ukuran sensor. Perkalian ini akan menaikkan fokal efektif dari fokal lensa yang dipakai sehingga hasil foto yang diambil dengan sensor crop ini akan mengalami perbesaran (magnification). Semakin kecil sensornya maka semakin tinggi crop factornya dan semakin besar perbesaran gambarnya.
Berikut adalah bermacam ukuran sensor kamera DSLR dan kaitannya dengan crop factor  :

Sabtu, 17 November 2012

MACAM-MACAM LENSA

 

Apa saja jenis-jenis lensa yang ada di pasaran yang biasa digunakan untuk ‘menggambar dengan cahaya’ itu?
1. Lensa Normal
Lensa ini adalah lensa yang menghasilkan gambar dengan perspektif lebih natural jika dibandingkan dengan lensa jenis lain. Sebuah lensa dikategorikan sebagai lensa normal jika memiliki focal length yang setara dengan diagonal gambar yang diproyeksikan didalam sensor kamera.
Pada format 35mm, dimensi gambar yang diproyeksikan kedalam kamera adalah 36 mm x 24 mm (panjang x lebar), sehingga diagonal gambar tersebut adalah 43,27 mm atau setara dengan 50 mm.
Lensa ini juga dikategorikan sebagai lensa primer karena mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya memiliki bukaan diafragma maksimum yang lebih besar daripada lensa lain, seperti f.2, f1.8 atau bahkan f1.2 sehingga dapat digunakan untuk memotret pada kondisi minim cahaya dapat menghasilkan gambar yang lebih kaya warna.
Hal ini dimungkinkan karena dengan adanya bukaan diafragma yang maksimum, kamera dapat merekam lebih banyak cahaya.
2. Lensa Wide-angle
Lensa ini kadang-kadang disebut lensa lebar. Seperti namanya lensa ini memiliki sudut pandang yang sangat lebar, bahkan pada beberapa lensa dapat memberikan sudut pandang mendekati 180 derajat.
Pada prakteknya lensa jenis ini sering digunakan untuk memotret ruangan yang sempit atau untuk mengambil gambar sebuah benda secara utuh ketika benda tersebut berada relatif dekat dari pemotret.
Namun perlu diperhatikan bahwa gambar yang dihasilkan dari sebuah lensa wide-angle cenderung memiliki tingkat distorsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan gambar yang dihasilkan oleh lensa normal.
Catatan lainnya, lensa ini tidak menghasilkan gambar sesuai dengan yang ditangkap oleh mata manusia, sebaliknya lensa ini memberikan kesan ‘lebih’ dari keadaan sebenarnya. Ruangan dapat terlihat ‘lebih’ tinggi, ‘lebih’ besar atau ‘lebih’ lebar dari ukuran sebenarnya.